Wednesday, 5 December 2012

Iman Dan Perasaan


Perbedaan Iman Dan Perasaan

Beda Iman Dan Perasaan
Roma 1:16-17 “Sebab aku mempunyai keyakinan yang teguh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’”

Mengapa seseorang yang dapat mengubah keyakinannya secara radikal (atau terlihat radikal) dan sangat bersemangat dengan iman barunya, tiba-tiba menyerah begitu saja? Pada awalnya, orang itu sepertinya mengalami perubahan yang paling menakjubkan, tapi tiba-tiba, ia berhenti dan kemudian melangkah pergi. Bagaimana itu boleh terjadi?
Saya berpendapat bahwa orang tersebut sesungguhnya dari awal tidak berniat mengubah keyakinannya. Ini bukan tentang perasaan sesaat, melainkan tentang ujian waktu. Jika seseorang adalah orang Kristen sejati, maka ia akan melanjutkannya – meskipun tidak sempurna dan bercacat cela dalam menjalani kekristenannya. Bahkan seorang Kristen pun boleh  tersesat untuk sementara waktu.
Tetapi bagi seseorang yang benar-benar percaya, maka ia akan selalu kembali. Jika mereka pergi dan tidak pernah kembali, maka mereka bukan orang percaya. Seperti pada 1 Yohanes 2:19 dikatakan, “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.”
Mereka boleh membangun iman mereka diatas pengalaman emosional, dan timbul perasaan dalam mengalami perubahan keyakinan, meskipun tidak selalu terjadi. Tapi Anda tidak bisa membangun hidup Anda diatas perasaan sesaat, karena perasaan atau emosi datang dan pergi. Seseorang yang berharap merasakan kehidupan Kristen yang mengebu-gebu setiap harinya, akan kecewa ketika mereka bangun pagi dan tidak merasakan apa-apa. Maka itulah saatnya bagi mereka untuk mulai tumbuh dan berjalan dengan iman, bukan dengan perasaan.
Roma 1:17 mengatakan, “Orang benar akan hidup oleh iman.”
Namun beberapa orang membangun seluruh hubungan mereka dengan Tuhan diatas pengalaman emosional, dan ketika perasaan itu tidak ada, mereka menyerah. Mereka membangun hidup mereka di atas dasar yang salah.
Spread the Word - Like and/or share this page, your friends will also love it and thanks for it.
0 Comments
Comments